berawal dari ekskul berujung pekerjaan tetap





Seorang mahasiswa lulusan dari program studi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro, Muhammad Yusuf Akbar meraih penghasilan besar dari freelance fotografer yang sudah dirintis dari bangku SMA hingga lulus dari bangku kuliah. berikut adalah wawancara nya.

G: Selamat malam

Y: Malam.

G: Gimana kabarnya? baik

Y: Baik.

G: Oke, berdasarkan informasi yang saya bahwa anda adalah seorang fotografer. betul?

Y: Betul.

G: Bagaimana ketertarikan anda di bidang fotografi?

Y: Waktu Paman meminjamkan saya sebuah kamera, saya sering memakainya untuk berfoto-foto dengan keluarga. Seiring berjalan nya waktu karena saya sering meminjam kamera kepada Paman saya, akhirnya paman saya memberikan kameranya kepada saya. Pada masa SMA saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler fotografi sampai 6 bulan hingga ganti kepengurusan, kemudian saya ditunjuk sebagai ketua ekstrakurikuler fotografi. Dan waktu itu sempat Covid, dan saya benar-benar membutuhkan finansial sesegera mungkin. Lalu, saya mempelajari ilmu fotografi kembali dan mempromosikan jasa saya melalui media sosial TikTok, dari situ video nya booming hingga sekarang saya fokus ke fotografi di industri Wedding dan Pre Wedding.

G: Bagaimana anda mempelajari aplikasi editing seperti Adobe Photoshop dan Lightroom?

Y: saya mempelajarinya secara otodidak melalui Youtube dan AI seperti chat GPT

G: Adakah konsultan yang memonitoring progress anda selama bekerja?

Y: Mungkin konsultan tidak ada, lebih ke minta evaluasi atau pendapat kepada tim sendiri.

G: Job pertama apa yang anda terima saat awal merintis di dunia fotografi?.

Y: Job pertama yang saya terima saat awal merintis adalah di waktu SMA. waktu itu, saya belum memiliki kamera dan belum dibelikan kamera oleh Paman saya. Job pertama saya adalah memotret di acara wisuda kelas 12 dan posisi saya masih di kelas 10, dan orang tua wali dari kelas 12 mempercayakan Tim Fotografer dari ekskul fotografi sekolah saya untuk memotret pada acara wisuda, dan akhirnya saya mendapat uang pertama saya, dan Job pertama itulah yang menjadi portofolio awal saya di bidang fotografi.

G: Bagaimana tanggapan anda bahwa penghasilan freelance itu tidak pasti?

Y: Saya setuju, ibarat kata kaya warung, bedanya kalo warung itu ada bahan baku nya, dan mereka memiliki keuntungan dari selisih jualan dan juga keuntungan, dan warung punya pasang surut nya, misalnya hari pertama dapat 1 juta, di hari kedua atau hari keberapa bisa dapat yang lebih kecil pendapatan nya. Sama juga seperti fotografi, apalagi saya yang bekerja di industri wedding, saya ramai akan klien di bulan oktober hingga november paling banyak, sedangkan di bulan juli dan desember saya belum ada klien. Kalau penghasilan yang ga pasti saya juga setuju, tapi bagaimana caranya kita bisa maintain bisnis nya agar tetap bertahan itulah yang menjadi tantangan seorang pebisnis.

G: Jika anda diberikan previlege status sosial dan finansial, pekerjaan apa yang anda inginkan?

Y: pekerjaan yang saya inginkan jika punya previlege finansial adalah menjadi pemilik gym, karna saya benar-benar menghitung dari modal, untung, dan ruginya, dan itu sangat mengeluarkan jumlah uang yang besar bahkan jumlahnya sampai miliaran. Dan jikalau saya punya previlege status sosial saya ingin menjadi seorang influencer, karna jikalau orang tua saya adalah orang terkenal bakal sangat membantu, seperti cipung, rafathar, dan lain-lain.

G: kemarin anda telah mendaftar ke banyak perusahaan, dan itu perusahaan tersebut menolak anda, mengapa akhirnya anda memilih menjadi freelance fotografer dibanding menjadi karyawan bidang media di perusahaan?

Y: saya melihat bahwa perusahaan disini sedang kacau, karena jumlah gaji yang diberikan kepada karyawan nya sangat tidak seimbang dengan hasil kerja nya untuk jabatan menengah ke bawah, dan gaji untuk karyawan menengah kebawah setara dengan gaji saya di freelance. kecuali saya memiliki orang dalam misalnya orang tua saya adalah pejabat negara sehingga saya bisa dapat jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. dan saya sekarang usahanya adalah memutar uangnya agar lebih fleksibel, karena target saya adalah menarik klien dari luar negeri, dan dibayar dengan dollar. mengingat kurs rupiah semakin lemah, dan saya berusaha sekeras mungkin untuk merealisasikan nya di 4 sampai 5 tahun kedepannya.

G: barusan anda menyebutkan bahwa anda memiliki tim, nah gimana sih awal terbentuknya sebuah tim? lalu, bagaimana anda mengatur tim tersebut?

Y: tim saya adalah freelance juga, dan tim saya adalah teman saya sendiri yang sudah saya kenal dari SMA, dan mereka saya bayar bukan bulanan, melainkan per projek yang saya kerjakan bersama tim saya. kalau misal mereka ada kekurangan atau gimana, bisa langsung saya evaluasi dan memberikan masukkan. jikalau kekurangan orang, saya bisa membuka lowongan akan tetapi akan lebih selektif lagi. karena sebelumnya uang saya pernah dibawa kabur oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

G: gimana tanggapan anda kalau ada klien anda yang banyak permintaan?

Y: kalau dari saya adalah menanggapi nya dengan tegas, kalau misalkan bilang bisa cover daerah jakarta dan depok kalau diluar itu tidak bisa. asalkan klien saya memberikan uang transportasi, belum juga bawa barang menggunakan motor ataupun mobil, belum membayar tim saya, karena itu adalah part of my effort. intinya saya harus tegas, dan kalau ada negosiasi harga akan saya berikan benefit tambahan kepada klien saya, jadi saya tetap mendapat harga yang sama tanpa mengurangkan harga aslinya.

G: apa kendala yang anda alami sebagai fotografer?

Y: kendala saya di 5 - 6 tahun kebelakang adalah modal, karena saya dari keluarga yang kurang berada, jadinya saya tabungkan uang saya untuk modal beli kamera, lensa, dan transportasi. dan sekarang kendala saya tetap modal uang, akan tetapi ada kendala juga di ilmu dalam marketing.

G: apakah anda memiliki komunitas fotografi?

Y: saya tidak memiliki komunitas fotografi, belum ada manfaatnya karena belum pernah menemukan komunitas nya sama sekali. dan jikalau saya bergabung ke komunitasnya itu hanya membuang waktu saya. kalau saya ingin menambah ilmu saya cukup dengan 1 on 1 atau 1 on 2. jadi saya mengkontaknya dan mengajak ketemuan sambil nongkrong. kalau ramai-ramai seperti itu saya sulit untung menangkap ilmu nya, tapi untuk nambah relasi itu oke tapi saya lebih memilih dengan 1 on 1.

G: bagaimana anda membangung personal branding anda sebagai fotografer di sosial media?

Y: pertama kita harus bikin konten agar konten kita masuk ke beranda orang lain, semakin tinggi views konten saya semakin banyak orang tau bisnis, dan saya juga repost hasil kerja saya dari instagram bisnis saya ke instagram pribadi saya. untuk penamaan bisnis juga penting agar bisa diingat orang lain.

G: kenapa anda memilih "narasi" sebagai nama instagram bisnis anda? mengapa tidak yang lain?

Y: sebenernya saya pernah menggunakan nama instagram jepretanucup, dan itu bukan nama profesional, maka dari itu saya harus mengubah nama instagram tersebut menjadi narasi. dan untuk nama "narasi" saya terinspirasi dari vendor lain, dan saya mencoba menggambarkan vendor itu, dan akhirnya ketemulah nama "narasi"

G: apa kiat-kiat buat orang yang baru terjun ke dunia fotografi?

Y: fotografi ga melulu tentang wisuda, wedding, dan lain-lain. masih ada foto-foto lain seperti foto fashion, makanan, produk, karena biar ngerasain semua jenis-jenis fotografi. dan bangun portofolio sebanyak mungkin walaupun tidak ada bayarannya, karena ga menjamin hasilnya memuaskan. kalau sudah banyak portofolio nya, baru lah bisa set up harga untuk bisnis. yang terakhir bangun relasi sebanyak-banyaknya, karena 75% klien kalian bukan dari iklan atau klien baru, melainkan dari rekomendasi klien lama kalian. dan jadilah orang baik dan jadilah orang jujur, karena kedua perbuatan itu sangat mahal.

Comments

Popular posts from this blog

MY JOURNEY TO UNS

CARA MENDAPATKAN SOMEONE TO TALK YANG BAIK DAN BENAR DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI